Aku tertikam semalam
Oleh pedang dengki yang dihunuskan pelan
Perih dan ganjal sesak di dada
Segala lega hilang tertelan
Pagi ini duduk di serambi penghambaan
Melihat-lihat adakah sisa ruang untuk mengubur diri
Di ikhlas memaafkan
Aha, ada celah di deret paling belakang
Meski sempit, cukuplah untuk sepasang kaki kerelaan
Mentakbirotul-ikhromkan permakluman
Sebab, sungguh manusia dalam gegap gempita salah
Dan lupa tak terelakkan
Sedang Tuhan
Sungguh Maha Mengampunkan
Bantul, 18 April 2010
Thursday, April 22, 2010
pertemuan jiwa
entah kenapa tiba-tiba
sekian lama mengubur berani
kaki-kaki rasa -meski getar- mencoba gagah berdiri
mungkin sebab lama tertancap lantai ruang tunggu
seluruh badan terasa kaku
membuka pintu ruang gelap ini adalah ketakutan tersendiri
sebab kilau cahaya akan menerpa tanpa permisi
kadang tertawa geli
kenapa mesti takut tersiram cahaya
lalu menutup mata bahkan sembunyi dan perlahan hilang
bukankah kehidupan begitu benderang
maka bangkit dari senyap jiwa adalah jawab
sebab hidupku ingin terang
sebab rasaku ingin tumbuh jadi suluh
tuhan, ijinkah aku melangkah
***
Lama menjadi lelaki penunggu
Membuat rindu terasa batu
Meski jawab lama ditemu
Harusnya tak perlu ada risau
Tapi kenapa sekarang begitu kacau
Sekedar dua kata bertanda tanya
Jiwa beku jadi bergelora
Ahai, indahnya katakata…
***
kukatakan
aku tak akan memuji catik indahmu
sebab percuma menabur garam di laut
jadi diam dan tatapku sangatlah cukup
tanyaku padamu
hal apa yang membuatmu patut
menjadi pendamping hidup
hingga usia kita berlumut
engkau menjawab tak tahu
akupun begitu
inilah pertemuan jiwa
selalu ada kabut
yang menutup
kehendak kita menangkap logika hidup
***
jadi kenapa mesti menunggu
jika kereta senja sudah di depan pintu!
sekian lama mengubur berani
kaki-kaki rasa -meski getar- mencoba gagah berdiri
mungkin sebab lama tertancap lantai ruang tunggu
seluruh badan terasa kaku
membuka pintu ruang gelap ini adalah ketakutan tersendiri
sebab kilau cahaya akan menerpa tanpa permisi
kadang tertawa geli
kenapa mesti takut tersiram cahaya
lalu menutup mata bahkan sembunyi dan perlahan hilang
bukankah kehidupan begitu benderang
maka bangkit dari senyap jiwa adalah jawab
sebab hidupku ingin terang
sebab rasaku ingin tumbuh jadi suluh
tuhan, ijinkah aku melangkah
***
Lama menjadi lelaki penunggu
Membuat rindu terasa batu
Meski jawab lama ditemu
Harusnya tak perlu ada risau
Tapi kenapa sekarang begitu kacau
Sekedar dua kata bertanda tanya
Jiwa beku jadi bergelora
Ahai, indahnya katakata…
***
kukatakan
aku tak akan memuji catik indahmu
sebab percuma menabur garam di laut
jadi diam dan tatapku sangatlah cukup
tanyaku padamu
hal apa yang membuatmu patut
menjadi pendamping hidup
hingga usia kita berlumut
engkau menjawab tak tahu
akupun begitu
inilah pertemuan jiwa
selalu ada kabut
yang menutup
kehendak kita menangkap logika hidup
***
jadi kenapa mesti menunggu
jika kereta senja sudah di depan pintu!
nyepi
akhirnya kita memilih mujahadah sepi
sebagai jalan yang kita tempuh menempa diri
kemarin, terlalu riuh kita nyanyikan kasidah pertemuan
toh tenggelam dalam genang air mata perpisahan
mungkin sebab ziarah kita di persimpangan
dalam maqom ragu dan gamang
hingga kita tak mungkin menetap di tiap jamuan
kini biarlah aku pulang kamu pulang
rumah kita terbuka pintu dan jendela
sesiapa masuk keluar sekehendak nafsunya
tutup dulu untuk sementara
supaya khusuk kita rajut sajadah berbenang doa-doa
tempat kita sujudkan pertemuan segala cita-cita
sanggar kidul mbale, 26 Maret 2010
sebagai jalan yang kita tempuh menempa diri
kemarin, terlalu riuh kita nyanyikan kasidah pertemuan
toh tenggelam dalam genang air mata perpisahan
mungkin sebab ziarah kita di persimpangan
dalam maqom ragu dan gamang
hingga kita tak mungkin menetap di tiap jamuan
kini biarlah aku pulang kamu pulang
rumah kita terbuka pintu dan jendela
sesiapa masuk keluar sekehendak nafsunya
tutup dulu untuk sementara
supaya khusuk kita rajut sajadah berbenang doa-doa
tempat kita sujudkan pertemuan segala cita-cita
sanggar kidul mbale, 26 Maret 2010
Obat Paling Racun
Ah, ternyata akulah obat paling racun
Pertemuan kita tak seharusnya
Sebab sakitmu ingin bertemu
Sebab obatku hasrat menggebu
Belum waktunya kisah
Terukir pada dinding sejarah
Pertemuan kita tak seharusnya
Sebab sakitmu ingin bertemu
Sebab obatku hasrat menggebu
Belum waktunya kisah
Terukir pada dinding sejarah
racun paling obat
Sampai kau sadar akulah racun
Berkali kau teguk
Tak hendak kau berhenti
Tak pula kau mati-mati
Mungkin sebab racunku terindah
Yang pernah dimiliki sejarah
Mungkin sebab racunku paling obat
Penyembuh segala perih erang sakit
Sakitmu sakit ingin bertemu
Berkali kau teguk
Tak hendak kau berhenti
Tak pula kau mati-mati
Mungkin sebab racunku terindah
Yang pernah dimiliki sejarah
Mungkin sebab racunku paling obat
Penyembuh segala perih erang sakit
Sakitmu sakit ingin bertemu
terlalu mencinta
engkau telah menggelar sajadah panjang permusuhan
tempat amarah demi amarah mensujudkan kening kedengkian
menyembah pada rasa murka tak kenal binasa
jika ditanya
; kenapa?
jawabmu selalu
; sebab terlalu mencinta
aku memilih diam
dan menjadi biasa saja
tempat amarah demi amarah mensujudkan kening kedengkian
menyembah pada rasa murka tak kenal binasa
jika ditanya
; kenapa?
jawabmu selalu
; sebab terlalu mencinta
aku memilih diam
dan menjadi biasa saja
rindu tak berbatas
kekasih,
cintaku tumbuh tak berbatas ruang waktu
begitulah kuyakinkan dirimu
mengapalah mesti meragu
jika hati telah sama menyatu
jikapun mata pedang menatap leherku
pantang untuk diriku tak maju
hanya tentu butuh jalan lain jurusan
agar tebasnya tak perlu membuat luka mematikan
semoga sama begitulah engkau
meski jerat tali mengikat
loloskan pelan dan bersahabat
sebab meronta hanya akan membuat nganga luka
entah engkau entah siapa
kekasih,
sungguh, telah kurindukan kau
bahkan sebelum kita pernah bertemu
matapena, 28 feb 2010
cintaku tumbuh tak berbatas ruang waktu
begitulah kuyakinkan dirimu
mengapalah mesti meragu
jika hati telah sama menyatu
jikapun mata pedang menatap leherku
pantang untuk diriku tak maju
hanya tentu butuh jalan lain jurusan
agar tebasnya tak perlu membuat luka mematikan
semoga sama begitulah engkau
meski jerat tali mengikat
loloskan pelan dan bersahabat
sebab meronta hanya akan membuat nganga luka
entah engkau entah siapa
kekasih,
sungguh, telah kurindukan kau
bahkan sebelum kita pernah bertemu
matapena, 28 feb 2010
kisah jerawat
satu jerawat bertamu
mengucap salam rindu
mengetuk pintu wajah bertalu-talu
“adakah penghuni di rona warna biru?”
sang wajah manahan bisu
tangannya sigap membuka pintu
bukan untuk menerima tamu
tapi kabur ke rona warna ungu
“siapa juga yang mau dihinggap jerawat itu!”
kata sang wajah sambil mengunci pintu
jerawat minggat melesat menderu
sampai lupa, hatinya tertinggal di depan pintu
ahad sore, 21 februari 2010
mengucap salam rindu
mengetuk pintu wajah bertalu-talu
“adakah penghuni di rona warna biru?”
sang wajah manahan bisu
tangannya sigap membuka pintu
bukan untuk menerima tamu
tapi kabur ke rona warna ungu
“siapa juga yang mau dihinggap jerawat itu!”
kata sang wajah sambil mengunci pintu
jerawat minggat melesat menderu
sampai lupa, hatinya tertinggal di depan pintu
ahad sore, 21 februari 2010
wajahmu
wajahmu berbeda hari-hari ini
adakah yang kau sembunyikan dariku
ataukah engkau telah mengalami hari yang teramat buruk?
wajah itu tersenyum
; hambar
ronanya berkeping rapuh
seperti terlindas rel kereta
yang saban harinya menemani
saat pagi membuka jendela
saat malam menata bantal tidurnya
“setelah ini hendak kemana
aku letih menghitung gerbong kereta
yang tak pernah ketemu saat kita hitung bersama”
wajah itu tersenyum
;letih dan luka
ku tatap wajahmu dengan teliti
kita masih akan tetap di sini
menunggu kereta berhenti
wajah itu tersenyum
; ia sungguh mengerti
kereta tak akan pernah singgah lagi
timoho, 05012010
adakah yang kau sembunyikan dariku
ataukah engkau telah mengalami hari yang teramat buruk?
wajah itu tersenyum
; hambar
ronanya berkeping rapuh
seperti terlindas rel kereta
yang saban harinya menemani
saat pagi membuka jendela
saat malam menata bantal tidurnya
“setelah ini hendak kemana
aku letih menghitung gerbong kereta
yang tak pernah ketemu saat kita hitung bersama”
wajah itu tersenyum
;letih dan luka
ku tatap wajahmu dengan teliti
kita masih akan tetap di sini
menunggu kereta berhenti
wajah itu tersenyum
; ia sungguh mengerti
kereta tak akan pernah singgah lagi
timoho, 05012010
di sebuah bioskop terbesar di jogja
Temenku kemarin sore, mampir ke salah satu bioskop terbesar di jogja jam 2.30, dia pengen nonton Sang Pemimpi. setelah ngantri tak begitu banyak, dia dapat 2 tiket pd pkul 3.00 untuk dia dan temennya masuk pukul 16.20. dia harus nunggu. dia belum sholat ashar.
"di sini ada mushola ga ya?" tanya temenku pada temennya.
"kayaknya ada deh, gedung se gede gini masak ga ada," jawab temennya temenku.
lalu ia bertanya pada petugas jaga.
jawabnya, "maaf, ga ada, mas,"
Temenku menjawab, "o," sambil ngacir cari masjid paling dekat... hmmm...
"di sini ada mushola ga ya?" tanya temenku pada temennya.
"kayaknya ada deh, gedung se gede gini masak ga ada," jawab temennya temenku.
lalu ia bertanya pada petugas jaga.
jawabnya, "maaf, ga ada, mas,"
Temenku menjawab, "o," sambil ngacir cari masjid paling dekat... hmmm...
Musa dan Syuaib Sang Ayah
tiba-tiba menjelma Musa, melompat dari gelap menemu perempuan bersayap. menatih pada Syuaib sang ayah yang bijak, "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini,"
sungguh, amanah hebat tiba di atas pundak yang bungkuk, sadar bahwa selama 8 tahun tak ada yang diperbuat, maka, menunggu 2 tahun akan nikmat sebagai penggenap, memperbaiki niat, laku, dan tentu saja ilmu...
"Dan kamu insya Allah akan mendapatiku termasuk orang2 yang baik," sang ayah tersenyum cerah.
sungguh, hati tentu saja menjadi bungah.
(insp QS. al-Qashash 28: 27)
sungguh, amanah hebat tiba di atas pundak yang bungkuk, sadar bahwa selama 8 tahun tak ada yang diperbuat, maka, menunggu 2 tahun akan nikmat sebagai penggenap, memperbaiki niat, laku, dan tentu saja ilmu...
"Dan kamu insya Allah akan mendapatiku termasuk orang2 yang baik," sang ayah tersenyum cerah.
sungguh, hati tentu saja menjadi bungah.
(insp QS. al-Qashash 28: 27)
kalo punya anak
Seorang ibu pada hari senin pagi ngomel masalah anak nomor duanya yang pelitnya ampun pada anak-anaknya yang laen.
“Tuh liat bujang nomor dua, tak pernah sedikitpun ngasih apalah sama ibunya yang satu ini. Lupa dia rupanya sama ibunya ini,”
Pada hari selasa, sang ibu mengajak anak nomor tiga dan empat masak kolak di rumahnya. kebetulan waktu bulan ramadhan. kolak jadi tren di dapur. Setelah selesai matang, ibu itu berkata,
“sekarang kirimlah barang satu nampan ke rumah budak nomor dua, biarlah dia merasakan masakanku,”
“bu, ndak usahlah, buat apa? Tak pernah dikasihnya ibu olehnya kenapa harus dikasih pula?” protes anak nomor tiga.
“alah, kau rasakanlah sendiri nanti kalo sudah punya anak,”
Anak nomor tiga mengelus perut buncitnya, ia memang sedang hamil anak pertama.
“Tuh liat bujang nomor dua, tak pernah sedikitpun ngasih apalah sama ibunya yang satu ini. Lupa dia rupanya sama ibunya ini,”
Pada hari selasa, sang ibu mengajak anak nomor tiga dan empat masak kolak di rumahnya. kebetulan waktu bulan ramadhan. kolak jadi tren di dapur. Setelah selesai matang, ibu itu berkata,
“sekarang kirimlah barang satu nampan ke rumah budak nomor dua, biarlah dia merasakan masakanku,”
“bu, ndak usahlah, buat apa? Tak pernah dikasihnya ibu olehnya kenapa harus dikasih pula?” protes anak nomor tiga.
“alah, kau rasakanlah sendiri nanti kalo sudah punya anak,”
Anak nomor tiga mengelus perut buncitnya, ia memang sedang hamil anak pertama.
malam gila.
malam separuh. bulan luruh. aku pusing banyak tugas mengepung. tiba-tiba malam menjadi gila. (atau aku yang gila gara-gara malam ini? entahlah)
lalu dengan enteng aku bilang ke mahbub jamaluddin... yang asyik di depan laptopnya, "Golekke aku bojo, Mah!"
dengan enteng pula ia menjawab, "aku we ra entuk entuk kok...!
lalu kita berdua tertawa, "hahaha..."
orang-orang belum tahu kalo sekarang aku gila hahaha...
lalu dengan enteng aku bilang ke mahbub jamaluddin... yang asyik di depan laptopnya, "Golekke aku bojo, Mah!"
dengan enteng pula ia menjawab, "aku we ra entuk entuk kok...!
lalu kita berdua tertawa, "hahaha..."
orang-orang belum tahu kalo sekarang aku gila hahaha...
kisah sepasang api
setelah malam itu,
sepasang api menepi
bercakap dengan nurani
seberapa dalam kenal hakekat diri
tertunduk dalam malam batu
tembok sepi dan rumputan diam
dan batangbatang rokok menyala liar
mereka melihat mencatat dalam tasbihnya
sepasang api membakar diri sendiri
tidakkah terbaca banyak berita duka
di sepanjang koran-tv-radio di internet pula
hidup ini sementara
jika dipenuhi mabuk
maka jiwa akan lupa
dan mati sebelum waktunya
sepasang api perlahan surut
setelah lama ego saling memagut
nyeri jiwa mereka basah air mata
kemarinkemarin mereka lupa
bahwa yang pantas dikenang
hanyalah kebaikan bagi sesama
pagi harinya sepasang api tersenyum
pada setiap orang yang datang entah dari mana
membakar tungku hidup mereka
menghangatkan malam dingin bagi semua
dan ketika mati kelak
mereka tetap hidup dalam setiap benak
matapena, 9 Agustus 2009
(ingin seperti mbah surip dan ws rendra
; meski mati tapi tak pernah mati)
sepasang api menepi
bercakap dengan nurani
seberapa dalam kenal hakekat diri
tertunduk dalam malam batu
tembok sepi dan rumputan diam
dan batangbatang rokok menyala liar
mereka melihat mencatat dalam tasbihnya
sepasang api membakar diri sendiri
tidakkah terbaca banyak berita duka
di sepanjang koran-tv-radio di internet pula
hidup ini sementara
jika dipenuhi mabuk
maka jiwa akan lupa
dan mati sebelum waktunya
sepasang api perlahan surut
setelah lama ego saling memagut
nyeri jiwa mereka basah air mata
kemarinkemarin mereka lupa
bahwa yang pantas dikenang
hanyalah kebaikan bagi sesama
pagi harinya sepasang api tersenyum
pada setiap orang yang datang entah dari mana
membakar tungku hidup mereka
menghangatkan malam dingin bagi semua
dan ketika mati kelak
mereka tetap hidup dalam setiap benak
matapena, 9 Agustus 2009
(ingin seperti mbah surip dan ws rendra
; meski mati tapi tak pernah mati)
aku harus bagaimana?
aku harus bagimana
aku diam cintamu tetap bara
aku harus bagimana
aku berkata-kata hasratmu tambah gelora
aku harus bagaimana
aku pergi menjauh kau tunggu dengan rindu penuh
aku harus bagaimana
aku dekati kau malah bersikap malu-malu
aku harus bagaimana
jika nyatanya aku sudah berpunya
aku harus bagaimana
apakah harus poligami saja
aku harus bagaimana
agar aku tak lagi bertanya
sekian terimakasih dan...
wassalamu'alaikum wr. wb...
lembayung, 6 juli 2009
(terimakasih gus mus yang mengajari aku bertanya)
aku diam cintamu tetap bara
aku harus bagimana
aku berkata-kata hasratmu tambah gelora
aku harus bagaimana
aku pergi menjauh kau tunggu dengan rindu penuh
aku harus bagaimana
aku dekati kau malah bersikap malu-malu
aku harus bagaimana
jika nyatanya aku sudah berpunya
aku harus bagaimana
apakah harus poligami saja
aku harus bagaimana
agar aku tak lagi bertanya
sekian terimakasih dan...
wassalamu'alaikum wr. wb...
lembayung, 6 juli 2009
(terimakasih gus mus yang mengajari aku bertanya)
Subscribe to:
Posts (Atom)
Ingsun
- sorogan
- mbantul, jogjakarta, Indonesia